Indonesia pada tahun 1960-an merupakan salah satu negara yang tidak disukai oleh blok barat khususnya Amerika. Di era itu terjadi perang dingin antara kaum kapitalis (Amerika dan sekutunya) dan kaum komunis (RRT dan Uni Soviet). Dan alasan kenapa Indonesia tidak disukai oleh blok barat dikarenakan di Indonesia partai komunis merupakan partai yang legal. Sehingga kebencian Amerika saat itu memuncak dan menghentikan segala bantuan yang diberikan ke negara Indonesia. Presiden Soekarno kala itu menyambutnya dengan pernyataan yang keras “ Go to hell with your aid”. Dan karena hal itulah Amerika mulai ikut campur dalam drama yang lebih familiar kita sebut sebagai “kudeta merangkak”.
Masalah internal Indonesia salah satunya keterpurukan Indonesia dalam hal sosial, politik, dan ekonomi menjadi salah satu faktor yang juga berpengaruh dalam G 30 S. Namun ada hal yang terpenting yang harus kita ketahui bahwa pada saat itu pula TNI AD mengalami perpecahan menjadi dua kubu. Kubu yang pertama sering disebut sebagai Dewan Jendral (kubu A.Yani) dan kubu yang kedua adalah Dewan Revolusi (kubu Nasution)
Ketika kita cermati sebelum kejadian G 30 S ada 3 kekuatan politik yang sangat mendominasi di negara Indonesia. Antara lain adalah :
1. Presiden Soekarno selaku Presiden Indonesia
2. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diketuai oleh DN Aidit
3. TNI Angkatan Darat
Namun karena kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI maka timbullah kekhawatiran dari pihak AS. Karena ketika negara Indonesia berevolusi menjadi negara komunis, maka tamatlah amerika. Hal inilah yang disinyalir adanya campur tangan pihak Amerika dalam hal ini CIE dalam peristiwa G 30 S tersebut. Ikut campur CIE ini debenarkan oleh Omar Dhani mantan Kepala Staf Angkatan Udara dalam pernyataanya "bahwa tidak ada satupun orang Indonesia yang mampu mendesign G30S PKI". Dan beliau juga pernah menuturkan bahwa yang menjadi designer G 30 S adalah Marshal Green mantan Kedubes Amerika yang juga pernah menjadi kedubes di Vietnam (Ny. Muslim binti Muskitawati. [mediacare] Omar Dhani).
Jadi menurut analisa saya memang terjadi drama di dalam G 30 S. Dimana drama tersebut melibatkan beberapa pihak. Yang pertama adalah Presiden Soekarno selaku pemegang kekuasaan, kemudian PKI, dan dari Angkatan Darat ada dua kubu yaitu Dewan Jendral dan Dewan Revolusi.
KETERLIBATAN PKI DALAM G 30 S
Dulu saya masih ingat sekali ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Setiap menjelaskan peristiwa ini, pasti ada embel-embel PKI di belakang kata G 30 S. Ini merupakan suatu kebohongan sejarah yang sangat besar yang sengaja dilakukan oleh pemerintah orde baru. Tujuan pemerintah kala itu adalah untuk memberikan pandangan bahwa PKI adalah orang-orang yang kejam yang mencoba untuk mengkudeta pemerintahan Preseden Soekarno dengan cara menculik dan membunuh para Jendral TNI AD.
Lantas dimana sebenarnya keterlibatan PKI dalam G 30 S?
Pada Juli 1965, seiring dengan merebaknya kabar kesehatan Bung Karno memburuk, suhu politik Tanah Air makin panas pula. Sebuah berita dari dokter RRC yang merawat Presiden datang: Bung Karno akan lumpuh atau meninggal dunia. Di Jakarta bertiup rumor menyengat, muncul Dewan Jenderal yang hendak menggulingkan Bung Karno. Kemudian Sjam mengaku dipanggil Aidit pada 12 Agustus 1965. Dalam pertemuan itu, ia diberi tahu bahwa Presiden sakit dan adanya kemungkinan Dewan Jenderal mengambil tindakan bila Bung Karno mangkat. Menurut Sjam, Aidit memerintahkan dia meninjau "kekuatan kita." Sjam sendiri merupakan kepala biro khusus CC PKI yang langsung di bawah komando DN Aidit.
Sejak 6 September 1965, Sjam lantas menggelar rapat-rapat di rumahnya dan di rumah Kolonel A. Latief (Komandan Brigade Infanteri I Kodam Jaya). Di rapat ini hadir Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa) dan Mayor Udara Sudjono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan Halim Perdanakusumah). Rapat terakhir, 29 September 1965, menyepakati gerakan dimulai 30 September 1965 dengan Untung sebagai pemimpinnya.
Aneh memang ketika kita lihat orang-orang yang terlibat langsung dari rapat mempersiapkan G 30 S. Adanya hubungan antara Sjam dengan kolonel A.Latief dan Letnan Kolonel Untung menimbulkan pertanyaan baru. Siapakah sosok Sjam ini?, Apakah tentara yang diselundupkan ke dalam tubuh PKI atau anggota PKI yang diselundupkan ke Tubuh Angkatan Darat. Maka sungguh sangat misterius sosok Sjam Kamaruzaman ini. Ada yang menilai bahwa dia adalah double agent, bahkan adapula yang menilai ia adalah triple agent.
Jika kita cermati dari pergerakannya, ini bukan tipe revolusioner partai komunis. Karena peristiwa pada malam itu merupakan operasi militer yang sudah terencana sebelumnya. Entah siapa yang mengawali semua kekejian di malam itu, namun malam itu merupakan sejarah kelam bangsa ini.
PASKA G 30 S
Keesokan harinya semua media pers di Indonesia ditutup. Dan kala itu hanya pers Militer yang boleh beroprasi. Dan ketika itu media banyak yang memberitakan bahwa telah terjadi percobaan kudeta oleh PKI. Dan semua yang diberitakan seolah-olah menyudutkan PKI. Mulai dari penyayatan alat kelamin oleh gerwani, dan wanita yang menari telanjang saat di lubang buaya. Hal itu semata-mata untuk menimbulkan kebencian rakyak kepada PKI dan para pengikutnya.
Dengan mengkampanyekan gerakan antikomunis Angkatan Bersenjata tidak segan-segan untuk menghabiskan PKI sampai ke akar-akarnya. Sampai beberapa sumber menyatakan bahwa ada setengah jiwa melayang dalam pembantaian saat itu. PKI seperti pihak yang dikorbankan dalam peristiwa ini. Dengan menuduh bahwa merekalah dalang dari semua itu, padahal sampai sekarang hal itu belum bisa dibuktikan.
Soeharto menjadi orang yang paling diuntungkan dalam peristiwa ini. Seperti sudah tau apa yang terjadi, iapun segera tampil untuk membawa slogan anti komunis. Masyarakat yang tidak tahu apa-apapun tersihir dan terhipnotis akan propagandanya. Bahkan pada tanggal 5 Oktober 1965 Angkatan Baersenjata sudah mengeluarkan buku mengenai pemberontakan PKI yang terjadi pada 30 September 1965. Dari situlah Soeharto mulai menancaapkan kuku kekuasaannya di Indonesia. Serta memulai rezim baru yang bertahan sampai 32 tahun sebelum akhirnya digulingkan oleh mahasiswa yang sudah tidak puas akan sikap otoriternya.
Sejarah kelam G 30 S banyak dipelintir oleh pemerintah pada rezim orde baru. Mulai dari pemutaran secara serentak film pemberontakan G30S/PKI yang wajib ditayangkan oleh seluruh saluran televise nasional. Sampai buku-buku sejarah yang digunakan untuk belajar mengajar diceritakan bahwa seolah-olah semua itu adalah salah PKI. Pemerintah melakukan hal tersebut dengan cara menarik buku-buku sejarah yang tidak memakai G30S/PKI. Hal tersebut merupakan penanaman sejak dini tentang sejarah yang salah.
makin betah aja aku singgah di blogmu sob..
BalasHapusapalagi disuguhi dengan hidangan mewah seperti ini..(mulai lebai nih)hehe
JASMERAH
Itu saya pake referensi buku Kitab Merah mas,,, bukunya keren lho mas..(Tapi versi Ebooknya)... Bisa di download secara gratis mas... (hehehe.... Cari aja di google)
Hapus