Sebuah acara terbesar yang dinanti para mahasiswa khususnya mereka-mereka yang termasuk para aktivis kampus. Sebuah agenda yang melibatkan seluruh mahasiswa. Dimana akan dilaksanakan secara langsung miniatur demokrasi yang ada di negeri ini. Untuk sebuah pembelajaran untuk memilih dan dipilih, untuk belajar menyusun suatu misi besar, untuk belajar mengkoordinasi massa, dan masih banyak lagi yang dapat kita pelajari dari sistem ini.
Jika kita telaah makna dari
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dilaksanakan dari keinginan rakyat,
oleh rakyat , dan untuk kesejahteraan rakyat. Pada dasarnya rakyatlah yang
menjadi pemeran penting dalam berjalannya demokrasi.
Dalam dunia mahasiswa khususnya di kampus perjuangan ITS, para mahasiswa merayakan pesta demokrasi dengan mengadakan PEMIRA (Pemilu Raya). Dalam PEMIRA ini akan dipilih presiden Badan Eksekutif Mahasiswa dan Juga Dewan Perwakilan Mahasiswa.
Semua mahasiswa yang masih aktif dilibatkan dalam pergolakan politik kampus ini. Mulai dari para anggota ormawa sampai mahasiswa yang suka nongkrong, semua mempunyai hak yang sama untuk dipilih dan memilih. Namun dalam Undang-Undang PEMIRA KM ITS disebutkan bahwa yang masuk dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) adalah mahasiswa aktif yang telah mengikuti perkuliahan selama 6 bulan.
Kondisi politik di dalam kampus sendiri seperti diselimuti kabut yang pekat. Pandangan-pandangan miring yang dilemparkan kepada para aktivis kampus membentuk sikap antipati terhadap politik kampus. Tidak menutup kemungkinan adanya black campaign juga menyebabkan mahasiswa enggan untuk menggunakan hak pilihnya di dalam pemira.
Semua mahasiswa yang masih aktif dilibatkan dalam pergolakan politik kampus ini. Mulai dari para anggota ormawa sampai mahasiswa yang suka nongkrong, semua mempunyai hak yang sama untuk dipilih dan memilih. Namun dalam Undang-Undang PEMIRA KM ITS disebutkan bahwa yang masuk dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) adalah mahasiswa aktif yang telah mengikuti perkuliahan selama 6 bulan.
Kondisi politik di dalam kampus sendiri seperti diselimuti kabut yang pekat. Pandangan-pandangan miring yang dilemparkan kepada para aktivis kampus membentuk sikap antipati terhadap politik kampus. Tidak menutup kemungkinan adanya black campaign juga menyebabkan mahasiswa enggan untuk menggunakan hak pilihnya di dalam pemira.
Nah kalau sudah seperti itu, bagaimanakan nasib demokrasi di dalam kampus?
Kalau kita mau berfikiran positif tentang pemira, maka kita bisa belajar banyak dari sana. Karena pada dasarnya KM ITS di design sebagai sebuah miniatur pemerintahan bangsa ini. Ada ormawa-ormawa yang dapat dibilang sebagai badan eksekutif, lembaga yudikatif, dan lembaga legislatif.
Jika kita selalu dihantui dengan adanya kepentingan-kepentingan golongan, maka semua itu tidak akan berjalan secara dinamis. PEMIRA ITS pun tidak akan berjalan jika tidak ada dukungan dari mahasiswa ITS. Karena PEMIRA dilakukan karena ada kebutuhan regenerasi ormawa dari mahasiswa ITS, dan dilaksanakan oleh para mahasiswa ITS, dan juga untuk kepentingan KM ITS.
Jika kita selalu dihantui dengan adanya kepentingan-kepentingan golongan, maka semua itu tidak akan berjalan secara dinamis. PEMIRA ITS pun tidak akan berjalan jika tidak ada dukungan dari mahasiswa ITS. Karena PEMIRA dilakukan karena ada kebutuhan regenerasi ormawa dari mahasiswa ITS, dan dilaksanakan oleh para mahasiswa ITS, dan juga untuk kepentingan KM ITS.
Apakah Golput itu pilihan?
Dalam suatu pemilihan pastilah akan muncul istilah Golput (Golongan Putih). Mereka memandang bahwa tidak memilih adalah suatu pilihan. Kalau menurut saya sih memang benar, itu adalah sebuah pilihan. Mereka “Memilih untuk -Tidak Memilih- “. Namun kalau kita telaah lebih dalam mengenai demokrasi, apakah bijak hal seperti itu dilakukan oleh orang-orang yang bisa dibilang kaum intrlektual? Tidak memilih karena berhalangan untuk memilih “its ok”, tapi kalau tidak memilih karena tidak suka dengan politik?
Keberadaan mahasiswa yang suka golput ini akan mengancam eksistensi ormawa yang ada di KM ITS. Bagaimana tidak, kalau kita kaitkan dengan prinsip demokrasi maka PEMIRA tidak akan jalan jika setiap orang memilih untuk golput. Kalau memang merasa calon yang maju tidak sesuai dengan yang kamu inginkan, cobalah cari calon yang memenuhi criteria yang sudah kamu tentukan.
Keberadaan mahasiswa yang suka golput ini akan mengancam eksistensi ormawa yang ada di KM ITS. Bagaimana tidak, kalau kita kaitkan dengan prinsip demokrasi maka PEMIRA tidak akan jalan jika setiap orang memilih untuk golput. Kalau memang merasa calon yang maju tidak sesuai dengan yang kamu inginkan, cobalah cari calon yang memenuhi criteria yang sudah kamu tentukan.
Kalau semua jauh dari yang kamu inginkan?
Kalau kamu menganggap semua jauh dari ideal, kenapa gak kamu
sendiri yang mendaftarkan diri sebagai peserta pemira (Ca-Pres BEM, Ca-DPM).
Karena tidak mungkin kita mendapatkan seorang yang sempurna di dunia ini,
karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.
Krisis Kepemimpinan Nasional.

“Memilih Jangan Asal, Nanti Menyesal”
Sebuah kata-kata yang mempunyai sebuah makna dalam demokrasi atau pemilihan umum. Karena kalimat tersebut berisi sebuah himbauan kepada masyarakat untuk tidak asal memilih. Jadi alangkah baiknya sebelum memilih mereka minimal sudah mengenal, kemudian mengetahui kapabilitas dari calon. Karena pada dasarnya setiap penyesalan pasti akan dating belakangan.
-Jangan Lupa Partisipasi dalam Pemira ITS 2012-
-Bayu Prasetyo, Anggota KPU PEMIRA 2012-
0 komentar:
Posting Komentar