"Pemenang belum tentu pemimpin"
Anda pernah
menang dalam suatu pertandingan? Atau mungkin anda pernah menang dalam suatu
suksesi di sebuah organisasi? Atau menang dalam hal lainnya? Asalkan anda tahu
saja bahwa setiap pemenang belum tentu pemimpin. Dan setiap pemimpin pasti
pemenang yang sebenarnya.
Dari uraian di
atas anda pasti akan bertanya-tanya. Kok bisa ? padahal kan setiap pemenang
pasti akan memimpin kedudukan. Eiiits…..; Tapi tunggu dulu, ada juga pemimpin
cultural yang harus anda pertimbangkan keberadaannya.
Seorang pemimpin
sebenarnya adalah seorang yang mempunyai pengaruh terbesar. Dimana setiap
perbuatan dan perkataannya akan selalu dilihat oleh anggota anda. Sedangkan
pemimpin structural jika tidak bisa memimpin para anggotanya, maka tidak lama
lagi ia akan kehilangan kepercayaanya. Akan ditinggalkan para pengikutnya.
Anda pasti
pernah kehilangan kepercayaan dari orang-orang sekitar anda. Kata-kata anda
tidak di dengarkan lagi oleh orang-orang sekitar anda. Sehingga suatu saat anda
akan merasa sangat frustasi dengan hal tersebut. Karena tidak ada orang lagi
yang mau mendengarkan instruksi dari anda.
ANDA MERASA SEPERTI
ITU?
Jangan
takut, baca saja tulisan ini, dan anda akan mulai berfikir untuk menghentikan
ini semua.
Ada teman saya
yang selalu mengeluh karena para stafnya tidak lagi mau nurut kepada dia. Dia
bingung mau apa lagi yang harus di lakukan kepada para stafnya. Namun akhirnya
dia meminta pendapat pada saya.
Ketika saya
telusuri alasan kenapa dia ditinggalkan oleh para stafnya, saya sedikit
terkejut. Dari cerita yang saya dengar, ternyata dia sering curhat ketika
forum-forum resmi seperti rapat. Sering menceritakan hal-hal yang tidak
berjalan dengan semestinya dan intinya dia sering mengeluh pada staf-stafnya.
Iya pantas saja
kalau muncul perasaan ketidak percayaan dari para staf-stafnya. Karena para
pengikut tidak bisa menerima suatu kabar buruk tantang organisasi mereka.
Mereka tidak akan menerima kalimat-kalimat pesimis yang akan mereka dengar
setiap rapat. Yang ada mereka akan terbawa pesimis oleh perasaan pemimpinnya.
Bahkan efek yang ditimbulkan bisa lebih pesimis lagi.
Dan disinilah
pemimpin cultural sangat diperlukan. Orang-orang yang bisa mendapatkan pengaruh
lebih banyak adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini tanpa
merubah sifat pemimpin yang sebenarnya.
Dari situ kita
sudah bisa mengambil suatu contoh bagaimana seorang yang menang belum berarti
yang menjadi pemimpin sebenarnya. Karena orang yang mempunyai banyak followers
lah yang akan memimpin dan akan membawa perubahan pada suatu organisasi. Anda
tidak bisa menghilangkan istilah pemimpin cultural begitu saja. Ini seharusnya
menjadi suatu pertimbangan bagi anda yang sekarang menjadi pemimpin.
“JANGAN PERNAH MENGANGGAP REMEH
PADA ORANG YANG MEMPUNYAI BANYAK PENGIKUT ATAU ANDA YANG AKAN DIANGGAP REMEH
OLEH MEREKA”
Menyadari lebih
awal mengenai hal ini akan lebih baik daripada anda akan menyesal kemudian.
Karena ketika anda terlambat mengetahuinya, maka akan terjadi masalah dalam
perjalanan karir anda. Dan anda tidak akan bisa menjadi seorang pemimpin yang
sebenarnya. Karena menang dalam pemilihan saja tidak cukup untuk membuat
perjalanan karir anda mulus.
0 komentar:
Posting Komentar