"Kira-kira lebih mulia mana antara pengemis dan pejabat negeri ini?"
Ini merupakan sebuah pertanyaan yang sangat menggelitik yang dilontarkan oleh Cak Amin Zen, sesepuhnya HMI Cabang Surabaya. Saya menyempatkan untuk berdiskusi dengan beliau di sela-sela acara pembukaan Latihan Kader II HMI Cabang Surabaya Koordinator Komisariat Airlangga 29 November '13.
Nah, mari kita bahas satu persatu. Sebagai pengantar saja bahwa dalam pertanyaan seperti ini tidak ada jawaban yang "mutlak benar". Karena semua relatif, tergantung dari perspektif mana kita melihatnya.
Jika kita melihat seorang pengemis, pasti identik dengan orang yang mempunyai strata sosial yang rendah. Bahkan sebagian dari kita malah sampai memandangnya sebagai orang yang hina. Karena pekerjaannya yang hanya meminta-minta saja. Pakaian yang dikenakan seorang pengemis pun cenderung biasa-biasa saja, bahkan sering juga kita menemui pengemis yang berpakaian rombeng (entah tidak punya pakaian lain atau hanya untuk menarik empati).
Sekarang kita bedakan sengan para pejabat negeri ini. Terutama mereka yang sekarang lagi menduduki kursi di parlemen. Dari segi ekonomi mereka jelas lebih tinggi strata sosialnya, buktinya mereka bisa menjadi Legislatif bangsa ini yang notabene sekarang harus menghabiskan uang beratus-ratus juta untuk menduduki kursi tersebut.
Pakaian yang dikenakan para pejabat juga bisa di bilang elite, dimana pasti mereka akan mengenakan kemeja, jas, dasi, lengkap dengan sepatu pantofelnya. Ini adalah sedikit gambaran yang mungkin bisa kita terima dalam imajinasi kita.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah "mana yang lebih mulia antara pengemis dengan baju rombengnya atau pejabat dengan jas mewahnya?"
Dari segi penampilan secara sekilas, mungkin kita akan menjawab "jelas, yang lebih mulia adalah pejabat karena mereka bisa mencari uang sendiri dan juga memakai pakaian yang layak". Oke, pendapat itu memang bisa diterima oleh logika.
Bahwa sebenarnya untuk menjadi mulia para pejabat negeri ini memang mempunyai kesempatan yang lebih dibanding dengan pengemis yang sering kita temui. Hal ini dikarenakan para pejabat mempunyai hak untuk menentukan keputusan-keputusan/kebijakan public. Jika mereka mampu memutuskan kebijakan yang memihak kepada kepentingan bersama negeri ini, maka para pejabat negeri ini akan sangatlah mulia. Bahkan mereka pun mampu untuk menentukan nasib Si Pengemis.
Namun kemuliaan itu akan luntur/jatuh/anjlok ketika mereka melakukan suatu hal yang biasa disebut "Korupsi". Bahkan mereka (para pejabat) pun sebenarnya sudah tahu bahwa korupsi itu hina. Kalau kita lihat dari pengertiannya, Korupsi merupakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Nah, jika pejabat sudah berani untuk melakukan korupsi, maka kemuliaannya tidak akan lebih dari pengemis. Karena pengemis walaupun mereka meminta-minta uang kepada orang-orang yang mereka temui. namun mereka tidak mencuri uang orang tersebut. Nah, kalau korupsi kan mencuri. Jadi perbandingannya sangat mudah sekali, mana yang lebih mulia antara mencuri dan meminta?
0 komentar:
Posting Komentar